Kamis, 15 Mei 2008

PENUNTUN DEKLAMASI / BACA PUISI


Oleh: Arsyad Indradi

Menjadi seorang deklamator yang baik, ia harus memperhatikan beberapa petunjuk ringkas di bawah ini :

I. VOKAL atau SUARA

- Sumber suara adalah pita suara yang terletak di dalam rongga mulut.
- Penggeraknya adalah udara dari paru – paru yang melewati pita suara bila dihembuskan keluar.
- Sebagai penguat adalah rongga – rongga di dalam tubuh, khususnya di sekitar rongga mulut.

A. Perbedaan Vokal.


- Terjadinya suara sangat dipengaruhi oleh kedaan bagian - bagian tubuh kita. Sukar diubah.
Namun dapat diperbaiki dengan latihan- latihan yang baik.
- Jasmani kita berbeda – beda, maka berbeda pula suara kita, yaitu :

a. Tinggi Rendah Suara
Makin banyak jumlah getaran/frekuensinya, makin tinggi pula suara yang dihasilkannya.Dikenal dengan wilayah suara : tinggi, sedang dan rendah.

b. Luas suara.

Jangkauan suara yang sangat tinggi dan sangat rendah. Perbedaan luas suara ini tergantung keluwesan pita suara seseorang. Dengan latihan teknik vokal biasanya masih dapat dikembangkan.


c. Kekuatan Suara

Ada suara orang yang sedemikian keras dan ada pula yang sekeras – kerasnya tetapi masih sukar terdengar dengan jelas. Ini tergantung lebar getar dari pita suara dan rongga – rongga resonansi terdapat dalam tubuh kita.

d. Panjang Suara

Panjang pendeknya suara ditentukan oleh persediaan dan pengaturan udara dari paru – paru.
Memperoleh suara yang panjang perlu menarik napas sedalam-dalamnya dan mengeluarkan
dengan sehemat – hematnya.

e. Volume Suara

Terkadang ada suara seperti keluar dari sebuah rongga yang besar. Tetapi sering pula ada
suara yang seakan – akan keluar dari sebuah bidang rongga kecil. Disamping perbedaan
pita suara, sangat ditentukan oleh perbedaan ruang resonansi dalam tubuh kita.Tapi perlu
diketahui bahwa besar - kecilnya ruang resonansi ini bukan ditentukan oleh besar kecilnya
tubuh seseorang. Bertubuh besar belum tentu mempunyai volume yang besar dan sebaliknya.


f. Warna Suara

Adalah perbedaan suara yang menyebabkan adanya ciri khas dari setiap sumber suara. Suara
Si A berbeda dengan Si B. Ini disebabkan bentuk, ukuran dari pita suara dan bentuk ukuran
dari ruang resonansi di dalam tubuh kita.

g. Kemampuan artikulasi.

Alat – alat artikulasi adalah bibir, gigi, lidah, langit-langit dan hidung.Alat ini perlu dilatih agar
menghasilkan pengucapan yang baik.


B. Intonasi / Aksen

Pengucapan keras – lembut, tinggi-rendah, lagu/irama atau penekanan huruf, kata maupun baris pada puisi.

C. Pernapasan

Pernapasan yang baik dan benar akan menghasilkan vokal yang baik. Bernapas yang baik adalah memakai gerak pernapasan diafragma yaitu sekat antara rongga dada dan perut. Teknik pernapasan dapat digunakan untuk menentukan batas perhentian suara dimana menarik napas hingga pokok-pokok pikiran dalam puisi itu jelas dikemukakan. Jadi sebelum mendeklamasikan puisi haruslah ditandai lebih dahulu pada bagian-bagian mana suara harus berhenti, hingga apa yang dimaksud penciptanya tidak menjadi kacau-balau. Tanda itu biasanya digunakan garis miring (/), (//) dan (///).

II. INTERPRETASI / PENJIWAAN
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan menafsirkan sebuah puisi
yakni :

1. Pemahaman
Seorang deklamator tidaklah akan baik bila belum memahami isi atau maksud sebuah puisi. Untuk memahami ini sebaiknya diparafrasekan terlebih dahulu yakni dengan dua cara :

Pertama, mengikuti puisi itu dari atas ke bawah, kata demi kata,

baris demi baris, bait demi bait. Kemudian maksud puisi itu

dinyatakan dengan bahasa sendiri.

Kedua, membaca puisi itu berulang – ulang kemudian

menangkap inti patinya lalu diceritakan kembali maksudnya,

tanpa terikat lagi akan susunan baris seperti yang ditulis penyairnya.

2. Peresapan
Deklamator sebagai perantara yang hidup antara si penyair sebagai pencipta dengan si pendengar/penonton. Sebenarnya peresapan ini bukan hanya untuk deklamator namun ia sebagai alat untuk meresapkan hati orang lain. Tapi ingat peresapan ini jangan sampai jadi bombastis yaitu terlalu berlebih-lebihan yang mengakibatkan akan gagal untuk meyakinkan dan menikmatkan hati orang lain.

3. Ekspresi
Seorang deklamator diuji sampai dimana kemampuannya mengekspresikan sebuah puisi sehingga pendengar dapat menikmatinya dengan baik. Deklamator harus mampu untuk
menghidupkan,menghidangkan sehingga menjadi makanan seni yang lezat.

Ada beberapa cara mengekspresikan (membawakan)nya :

a. Mimik
Setelah puisi itu benar – benar meresap ke dalam jiwa (penjiwaan ) deklamator maka akan nampak terlihat dari mimiknya. Harmonisasi antara mimik dengan isi ( maksud ) puisi merupakan puncak keberhasilan sebuah deklamasi. Pada saat inilah sering orang akan terpesona sebab sungguh-sungguh merupakan suatu ektase yang mengharukan. Mimik tidak dapat dibuat-buat. Mimik keluar menurut kewajaran secara spontan.

b. Motorik/ gerak
Motorik berfungsi menghidupkan puisi. Manfaatkan gerak anggota tubuh untuk menghidupkan puisi.Manfaatkan stage (panggung) untuk menghidupkan puisi.Tinggalkan paradigma lama yang membelenggu kreatifitas deklamator.

III. DAYA HAPAL

Deklamator mutlak hapal puisi yang dideklamasikannya. Seringkali deklamator tidak hapal, hingga harus mengingat-ingat kembali. Dalam hal seperti ini, usaha untuk menghidupkan puisi dan hendak meresapkan dan menikmatkan orang lain, akan tidak berhasil. Oleh karena itu deklamator haruslah mempunyai daya hapal yang sebaik-baiknya. Lain halnya membaca puisi tidak perlu seluruhnya hapal. Keunggulan deklamasi dapat secara langsung menjiwai puisi tersebut dibandingkan dengan membaca puisi.

IV. LATIHAN

Apa pun alasannya, yang penting adalah untuk mencapai hasil yang maksimal perlu latihan yang intensif dan teratur. Tinggalkan kebiasaan buruk yakni musiman atau bila hanya ada perlu.

Tidak ada komentar: