Rabu, 14 Mei 2008

Kisah dari Batu Penyadar Mabuk

Kisah seorang seorang isteri yang meninggalkan suaminya, seorang sasjana miskin. Wanita ini kawin pula dengan seorang pemilik kedai arak. Sang bekas suami kemudian lulus dalam ujian kesusastraan dengan berhasil dapat merebut tinggkat tertinggi. Ia kembali ke kampung halamannya dengan iring-iringan yang menunjukkan, bagaimana agung kedudukannya sekarang.

Ketika melewati kedai arak itu, ia menampak bekas isterinya tengah duduk menantikan tamu-tamu dalam ke dainya bitu. Suami bekas isterinya itu sedang menghitung uang dengan mengenakan baju pendek dan celana pendek.

Ia memasuki kedai arak itu dengan dipayungi payung kebesaran oleh orang-orangnya. Jubahnyapun pakaian kebesaran pula yang gilang-gemilang. Melihat datang seorang pembesar negeri, sipemilik kedai arak belalu dengan tergesa-gesa dari ruang itu.

Isterinya telah mengenali bekas suaminya sejak ia turun dari jolikebesarannya. Tetapi wajahnya tidak menunjukkan sesuatu perubahan.

Sang sarjana menghampiri bekas isterinya dan membungkukkan badannya dengan hormat.

Tanpa balas menjurah, wanita itu mengatakan kepadea bekas suaminya.

“Jalankanlah terus kewajibanmusebagai seorang pegawai negeri, sedang aku akan melanjutkan pekerjaan menjual arak.” Sarjana itu meninggalkan kedai arak itu sambil bersenyum.

Belakangan, karena tetangga-tetangga mengejeknya, wanita itu menggantung diri.

Dikutip dari : “Sastra Tiongkok Sepintas Kilas” oleh Nio Joe Lan, halaman 195-196.

Tidak ada komentar: