Selasa, 20 Januari 2009

MEMANFAATKAN INTERNET DI DUNIA SASTRA

: Arsyad Indradi ( Maungkai gagasan Sainul Hermawan ketika di Aruh Sastra Kalsel III
di Kotabaru )

Selama ini sastrawan telah memanfaatkan media cetak untuk menampilkan karya – karyanya seperti buku, koran atau pun majalah. Maka, di era globalisasi yang melaju pesatnya perkembangan teknologi ini, apa salahnya kalau kita juga ikut serta memanfaatkan teknologi ini sebagai salah satu media alternatif untuk menampilkan karya – karya sastra.

Kita dapat memprediksikan kedepannya, bahwa peranan komputer dan teknik multimedia yang saling mendukung ini akan terus meningkat dan akan menjadi alat yang paling dominan dalam kehidupan manusia. Lebih – lebih lagi munculnya internet yang menjadi alat yang penting dalam era globalisasi. Melalui internet arus informasi menyebar dengan pesat, lengkap dan mudah didapat.

Melihat perkembangan kesastraan di tanah air akhir – akhir ini yang memanfaatkan internet atau sering juga disebut dunia maya sangat menakjubkan. Dari penyair pemula sampai tokoh – tokoh sastrawan Indonesia telah memanfaatkan internet baik dalam bentuk fisik arena situs website, mailing-list mau pun spam emails.

Situs – situs yang bermunculan untuk mewadahi kreativitas para sastrawan, seperti www.cybesastra.net. Situs yang dibentuk oleh yayasan Multimedia mampu menjadi wadah yang memadai. Yayasan ini telah menerbitkan dua buku yang meterinya diambil dari karya – karya yang disumbangkan seniman pada situs tersebut, baik berupa cerita pendek, puisi maupun esai. Dan telah meluncurkan Graffiti Imaji kumpulan cerita pendek yang memuat 83 karya yang dipilih oleh Sapadi Djoko Damono, Yanusa Nugroho, dan Anna Siti Herdiyanti. Juga situs www.bumimanusia.or.id yang bergerak di bidang sastra, telah menghasilkan beberapa karya yang dicetak antara lain antologi cerpen Puthut E.A yang berjudul Sebuah Kitab yang Tak Suci, dan Beatniks, puisi – puisi Nurudin Asyhadie, dan Bumi Manusia 1: Ini …Siskus Senyum. Belum terhitung dengan terbitnya beberapa jurnal yang sebelumnya telah melewati sistem penyeleksian melalui editorial situs tersebut. Para sastrawan yang cukup dikenal dan setia di dalam berprosespun, banyak yang sudah terlibat di dalam pengukuhan karya – karya para sastrawan di dunia
internet. Tak kurang beberapa nama seniman yang cukup lama dikenal ikut mendukung fenomena sastra internet di media masa. Para penulis itu antara lain Eka Darma Putra, F.Rahardi, Sobron Aidit dan Medy Loekito.

Medy Loekito, penyair dan Ketua Yayasan Multimedia Sastra di situs www.cybersastra.net memaparkan bahwa manusia telah menciptakan dunia yang berlimpah informasi dibandingkan degan masa-masa sebelumnya. Filosofi baru, baik filosofi secara umum, maupun mengenai sastra dan nilai estetika, diperlukan untuk menyiasati perkembangan yang terus terjadi. Dalam hal ini, computer dan media internet memegang peran penting dalam membentuk opini global. Definisi suatu filosofi baru tidak perlu dikarang dan ditetapkan oleh seseorang atau kelompok orang saja, tetapi semua manusia dapat berperan menyusun filosofi bersama. Dengan menggunakan email atau hypertext program dalam internet, dan tentunya perangkat komputer, setiap manusia dapat menyumbangkan buah pikirannya. Buah - buah pikiran ini dapat diolah menjadi suatu keputusan yang sahih dan berlaku universal, tetapi dapat juga dibiarkan sebagaimana adanya dan boleh dibaca atau dihayati oleh pembaca lain sesuai dengan situasinya masing – masing. Penyumbang saran memiliki kebebasan untuk berpendapat. Pembaca memiliki kebebasan untuk memilih informasi atau opini sesuai kebutuhan. Dan semua pergerakan ini tidak lagi membutuhkan legalisasi usia, pendidikan, jabatan, domisili, maupun gender.

Evolusi teknologi dapat menjadi pendamping hidup yangt nyaman apabila manusia dapat mengerti sifat dan karakter teknologi tersebut. Komputer, multimedia,cyber serta internet, diciptakan untuk membantu manusia, bukan hanya dalam hal entertainment, tetaqpi juga dalam hal sastra. Insan sastra seyogyanya dapat mendayagunakan benda – benda tersebut untuk melestarikan sejarah masa lalu, tanpa perlu menutup diri bagi masa depan yang bagaimanapun juga tetap akan tiba. Segala kemudahan dan kemungkinan yang disediakan oleh teknologi, sebaiknya dapat diterima dengan sederhana tanpa menyederhanakan fungsi dan pemakaiannya.

Media internet dapat memberi ruang yang cukup leluasa bagi karya-karya sastra, baik puisi, esai maupun cerpen dari cerpen yang berbentuk sangat mini atau sangat panjang. Dapat menjadi wadah berekspresi dan wadah pendokumentasian karya sekaligus mempublikasikannya. Di media internet dapat ditambahkan berupa gambar – gambar ilustrasi, latar suara atau musik, gambar bergerak atau animasi, kreasi header atau banner dan lain – lain sehingga memberi daya tarik bagi pengunjungnya.

Promosi sastrawan lewat dunia maya ini sangatlah efektif dan murah, karena siapa saja bisa mengunjungi situs tersebut tanpa dikenai biaya. Para sastrawan tentu saja dapat lebih leluasa untuk mempublikasikan dan mensosialisasikan karya - karyanya.

Sebagai ilustrasi saya kemukakan pemanfaatan internet lainnya adalah kita ingin minta informasi ambil saja contoh ingin mengetahui biodata saya, kita tinggal menyelusuri www.google.com dengan menuliskan Biodata Arsyad Indradi maka tersedialah permintaan itu. Ini pernah dilakukan oleh sekelompok siswa SMA Telkom Banjarbaru sehubungan tugas yang diberikan sekolahnya untuk membuat makalah tentang penyair Banjarbaru. Juga ada beberapa teman saya yang kebetulan berada di luar negeri ingin mengetahui alamat saya bahkan nomor hp saya, tinggal menuliskan nama saya di www.google.com. Saya sering dihubungi baik langsung mau pun sms oleh guru – guru mata pelajaran Bahasa Indonesia untuk meminta informasi Penyair Indosesia dan Penyair Kalimantan Selatan, saya beritahukan klik saja http://penyairnusantara dan http://penyair-kalsel.blogspot.com Dan juga ada beberapa guru muatan local ingin mengetahi sastra daerah Banjar seperti Lamut, madihin dan mamanda, saya sarankan klik http://sastrabanjar.blogspot.com

Disamping sastra media cetak, sastra internet pun melejit dalam perkembangan kesastraan Indonesia. Beberapa karya Sapardi Djoko Damono, Goenawan Muhammad, Eka Budianta, Sutardji Calzoum Bachri, Rendra, Emha Ainun Nadjib, Dorothea Rosa Herlina, D.Zawawi Ibron, Agus R Sarjono, Jamal D Rahman, Sobron Aidit, Saut Situmorang, Afrizal Malna, Sitor Situmorang, Ahmadun Yosie Herfanda , Medy Loekito


serta banyak nama lagi dapat kita temui di sana. Karya – karya mereka tidak hanya dimuat oleh situs lembaga kesenenian tetapi juga seperti http://www.lontar.org, http://lallement.com, http://www.poetry.com, http://www.geocities.com, www.tripod.com, www.angelfire.com, www.theglobe.com, http://penyairnusantara.blogspot.com, www.bumimanusia.or.id pada mailinglist seperti penyair@groups.com, puisikita@egroups.com serta banyak lagi yang dapat kita temui situs – situs pribadi. Pembuatan situs individu ini banyak berkembang di tengah kemudahan yang ditawarkan oleh para industrialis internet, antara lain dengan memberikan penyimpanan gratis content situs – situs, seperti blogspot, wordpress, multiply dan lain – lain. Di mailinglist banyak menyajikan diskusi sastra dan penampilan karya sastra yang berlangsung duapuluhempat jam sehari.

Kecenderungan pengguna internet ini tentu saja karena kemudahan, kenyamanan dan hemat biaya. Kecenderungan para pengguna internet untuk mencari informasi dengan mudah dan biaya murah ini bersambut dengan kecenderungan para “ sastrawan internet “ yang tidak mengharapkan honor dari tulisannya di internet. Banyak penulis di internet yang menyuguhkan esai serta karya – karya sastra yang tak kalah bagus dengan artikel di media cetak. Seperti Maman S Mahayana, Deo Et Patria, Saut Situmorang, Sobron Aidit, Hersri Setiawan dan lain – lain. Banyak penulis Indonesia yang kebetulan berada di luar negeri dapat menjalin silaturahmi, saling berbagi karya melalui mailinglist dan situs dengan penulis di tanah air.

Melihat perkembangan sastra yang memanfaatkan internet terutama sastrawan di Pulau Jawa, Sumatera, Sulawesi, Bali dan pulau lainnya begitu pesat, sastrawan Kalimantan Selatan juga tak ketinggalan memanfaatkan media internet. Kita sebut saja Harie Insani Putra – http://hariesaja.wordpress.com, Sandi Firly-http://sfirly.wordpress.com, Hudan
Nur – http://hudannur.blogspot.com, Isuur Loeweng – http://loweng08.worpress.com, Fahruraji Asmuni – http://wwwkaryaraji.blogspot.com, Farah Hidayat – http://farah.multiply.com, Zulfaisal Putera – http://zulfaisalputera.wordpress.com,
, Aliansyah Jumbawuya – http://padepokanpena.wordprees.com, Hasbi Salim – http://hasbisalim.wodpress.com, Ratih Ayuningrum – http://ratihayuningrum.wordpress.com, Sainul Hermawan – http://blogsainulh.wordprees.com Lebih jauh Sainul memanfaatkan blognya untuk keperluan perkuliahan. Dan saya mempunyai situs http://penyairnusantara.blogspot.com, http://penyair-kalsel.blogspot.com, http://sastrabanjar.blogspot.com, dan http://arsyadindradi.blogspot.com. Pada situs penyair nusantara, saya buatkan blog untuk penyair tiap provinsi se Indonesia berjumlah 36 blog dan 400 penyair yang tergabung dan tiap minggu masih masuk ke email saya. Pada penyair Kalsel saya buatkan blog tiap kota dan kabupaten berjumlah 13 blog dan 75 penyair. Tetapi ada beberapa blog seperti Tanah Bumbu, Tanah Laut, HST dan Balangan masih kosong. Saya masih menunggu penyair – penyair kabupaten yang belum mengisi blog-blog yang kosong tersebut.

Kita menyadari kendala di daerah kemungkinan sulitnya masuk jaringan internet dan minimnya warnet. Dan disamping itu memasuki dunia maya ini memang diperlukan pengetahuan penguasaan teknis internet. Tetapi saya yakin ini ada solusinya yang pertama adalah memiliki minat dan kemauan keras. Yang kedua mengadakan work shop atau pelatihan internet yang bekerjasama dengan Speedy Telkom dan Blogger Kalsel “Kayuh Baimbai”. Sebaiknya Aruh Sastra Kalsel V di Balangan ini merekomendasikan yang kedua ini untuk tahun 2009. Mudah – mudahan kendala ini dapat diatasi. Sementara ini saya menawarkan kirimkan saja karya puisi - puisinya ke email saya merayusukma49@yahoo.co.id atau lewat post kealamat saya Jalan Pramuka No.16 RT 03 RW 07 Banjarbaru 70711 dan akan saya muat diblog dimasing – masing blog Kabupaten/Kota yang sudah saya sediakan yaitu pada http://penyair-kalsel.blogspot.com
Demikian tulisan singkat ini yang dapat saya sampaikan semoga ada manfaatnya. Salam Sastra. ( Tautan : http://infoperpus.8m.com, http://beritaseni.wordpress.com, http://www.cybersastra.net,http://nanangsuryadi.blogspot.com,http://pewarta.kabarindonesia.blogspot.com, http://yaya.com, http://www.mail.archive.com, http://www.titiknot.com )





Menghayati Peran Komunitas Sastra

Akhirnya pesta itu usai. Sebuah pesta sastra yang melibatkan sekitar 500 orang peserta. Mereka adalah sastrawan (penyair, esais, cerpenis, dan kritikus) bersama para penggemar sastra dan guru bahasa Indonesia. “Meningkatkan Peran Komunitas Sastra Sebagai Basis Perkembangan Sastra Indonesia”, demikian tema yang digelar. Sepanjang tiga hari kegiatan berlangsung demikian padat di gedung DPD Kudus. Sungguh sayang bila dilewatkan begitu saja.

Kongres yang diselenggarakan oleh Komunitas Sastra Indonesia (KSI) di hari pertama, 19 Januari 2008, memang untuk kepentingan internal. Acara itu merupakan suksesi tiga tahunan, namun baru kali ini diadakan secara besar-besaran. Terpilih sebagai Ketua KSI periode 2008-2011 adalah Ahmadun Yosi Herfanda yang sehari-hari bekerja sebagai redaksi budaya harian Republika di Jakarta. Ia menggantikan Iwan Gunadi, ketua yang telah memberikan sedikit warna pada model organisasi. Selanjutnya, KSI akan menyiapkan struktur yang terlepas dari yayasan agar dapat bergerak lebih leluasa dan berkembang secara profesional. Kongres telah menghasilkan rekomendasi yang berisi sikap kritis dan kreatif terhadap kondisi politik, sosial, dan budaya akhir-akhir ini. Rekomendasi tersebut dibacakan oleh Diah Hadaning pada malam berikutnya seusai serah terima jabatan.

Pada malam pertama, panggung diisi dengan penampilan Sujiwo Tejo, Sutardji Calzoum Bachri, dan Mustofa Bisri (Gus Mus). Peserta dari lokal begitu bahagia mendapatkan kesempatan menonton seniman yang selama ini mereka kagumi. Penampilan Fatin Hamama, anggota KSI yang membuka cabang di Kairo, sangat memukau Thomas Budi Santoso, penyair sekaligus pejabat di PT. Djarum. Perusahaan rokok itulah, melalui program Djarum Bakti Pendidikan, yang menjadi sponsor kegiatan.

Pada hari kedua, 20 Januari 2008, sejak pagi hingga menjelang maghrib, digelar 4 sesi seminar dengan tema yang berbeda. Kesempatan pertama digunakan untuk melirik sastra lokal yang berkembang di Indonesia. Dengan tema “{Perayaan Komunitas Sastra di Daerah”. menampilkan pembicara Idris Pasaribu untuk menyampaikan sastra yang tumbuh di Sumatera. Mukti Sutarman SP, sastrawan dari Kudus, membahas pertumbuhan sastra di Jawa Tengah. Untuk daerah Kalimantan, diwakili oleh Micky Hidayat. Seperti yang pernah dibahas dalam kongres cerpen di Pekanbaru tiga tahun silam, potensi sastra daerah patut dijaga dan dikembangkan sebagai aset budaya yang memperkaya khazanah kesastraan tradisional Indonesia.

Sesi kedua menyoroti komunitas sastra sebagai basis ideologi kesusastraan. Sebagai pembicara, Dendy Sugono dari Pusat Bahasa, Aji Suyitno dari Lemhanas, Ahmadun Yosi Herfanda, dan Shiho Sawai sebagai pengamat sastra komunitas. Shiho adalah mahasiswa dari Jepang yang sedang melakukan riset dan kuliah di tingkat doktoral Sastra Indonesia Universitas Gajah Mada Yogyakarta. Menurut Dendy, saat ini, sastrawan harus memiliki kemampuan yang kompetitif, selain cerdas dan kreatif. Ahmadun berpendapat, bahwa dalam sebuah komunitas, anggotanya tidak selalu berkarya dengan ideologi yang sama. Sangat menarik kesimpulan Shiho Sawai tentang komunitas. “Komunitas yang anggotanya menganut satu ideologi dan berkarya secara seragam hanyalah mitos.” Kenyataannnya memang demikian, bahwa para penyair ataupun cerpenis yang tergabung dalam satu komunitas tidak serta-merta memiliki pandangan yang sama dalam menulis.

Korrie Layun Rampan dan Maman Mahayana (semestinya bersama dengan Budi Darma, namun berhalangan) membicarakan tentang estetika dalam sastra komunitas. Masing-masing menyampaikan semacam kritik terhadap beberapa penghargaan sastra yang dianggap tidak mewakili kualitas. Dalam kesempatan itu, Maman Mahayana menyayangkan praktik pemilihan buku terbaik dalam anugerah sastra Khatulistiwa Literary Award karena proses penjuriannya sangat aneh. Korrie menyampaikan menyampaikan keprihatian adanya sejumlah sastrawan lokal dengan pencapaian karya yang baik secara makna maupun estetika, tapi tidak mendapat kesempatan untuk menonjol misalnya melalui kegiatan sastra yang berskala nasional. Mereka adalah mutiara tersembunyi yang harus dilibatkan agar potensinya muncul.

Pada sesi terakhir, bertema “Sastra sebagai Kebutuhan Pembaca”, menampilkan pembicara Habibirrahman El-Shirazy dan Saut Situmorang (sementara Arswendo Atmowiloto tak dapat hadir). Keduanya berangkat dari titik tolak yang berbeda. Kang Abik (panggilan Habiburrahman) menulis novel Ayat-Ayat Cinta dengan membayangkan dirinya sebagai pembaca yang harus menyukai bacaannya. Mungkin resep itulah yang membuat buku itu sampai naik cetak 29 kali dan kini telah beredar sebanyak 400.000 eksemplar. Best seller untuk Asia Tengga !

Saut Situmorang menganggap seseorang yang baru menulis sekali dan dimuat di media massa, tidak layak disebut sebagai penyair atau cerpenis. Tidak semudah itu menjadi sastrawan, apalagi jika tidak mendalami atau memahami teori sastra. Menanggapi pertanyaan peserta tentang masyarakat Indonesia yang malas membaca, Saut berpendapat bahwa ada perbedaan kultur yang melatarbelakangi hal itu. Perbandingan,menurutnya harus sesuai dengan konteks.

Malam kedua, sejumlah penyair membacakan puisi mereka. Fikar W. Eda, Wijang Warek, Arsyad Indradi, Gunoto Saparie, dan Jose Rizal Manua. Penyair Solo, Sosiawan Leak, memukau dengan puisi “Dunia Bogam Bola”. Malam itu Thomas Budi Santoso juga naik ke panggung. Para peserta acara mendapatkan 3 buku yang diluncurkan pada pesta sastra itu: (1) Tesaurus Bahasa Indonesia susunan Eko Endarmoko, (2) Komunitas Sastra Indonesia, Catatan Perjalanan, dan antologi puisi yang berbagi dua penyair:(3) Nyanyian Sepasang Daun Waru dan DuniaBogam Bola.

Di pengujung acara, pada hari ketiga, seluruh peserta diajak wisata budaya oleh panitia. Mula-mula seluruh rombongan dibawa ke pabrik rokok Djarum Kudus. Di sana, di depan buruh pabrik, beberapa penyair di antaranya Chavchay Syaifullah dan Saut Situmorang, membaca puisi. Setelah itu, rombongan dibawa ke Menara Kudus dan Museum Kretek. Menjelang tengah hari, rombongan mampir ke pusat jenang Kudus untuk memberi kesempatan membeli oleh – oleh.

Ya, akhirnya pesta sastra itu selesai. Pertemuan yang telah memberi kesempatan silaturahmi para sastrawan dari berbagai daerah. Acara yang dihadiri oleh para wartawan, penerbit, dan para wakil komunitas itu memberi kesan mendalam. Dalam pesta itu pula para peserta disuguhi menu khas Kudus, misalnya lenthok (sejenis kupat tahu dengan kuah bersantan ), asem – asem daging, juga soto Kudus tentu saja.

“Tunggu kegiatan kami berikutnya,” kata Wowok Hesti Prabowo sebagai Ketua Panitia. “Kami akan menyelenggarakan pertemuan penulis internasional dan KSI Award.” Sebagai komunitas yang telah berusia 11 tahun (sejak September 1996), sudah waktunya untuk memberikan sumbangan terhadap kemajuan sastra Indonesia juga dunia.

(Kurnia Effendi) --- Parle Online www.tabloid Parle.com