Kamis, 15 Maret 2012

Penyair “ Gila “ dan Blogger Tertua

Kompas,Jumat, 17 Februari 2012

Arsyad Indradi
Penyair “ Gila “ dan Blogger Tertua

Pada usianya yang ke-63 tahun, Arsyad Indradi terus berkarya. Lebih dari 1.000 judul puisi telah ia hasilkan. Sejumlah rekan menjulukinya sebagai penyair “gila”. Baru-baru ini komunitas blogger di Tanah Air juga telah menobatkan dirinya sebagai blogger tertua di Indonesia.

Oleh : Defri Werdiono

Abah Arsyad, begitulah ia biasa dipanggil. Di kalangan sastrawan Kalimantan Selatan, sosok pensiunan pegawai negeri yang beken dengan rambut panjang ini sudah tidak asing lagi. Ia sudah malang melintangdi dunia sastra sejak puluhan tahun silam.
Ditemui di rumahnyadi Jalan Pramuka, Banjarbaru Kalimantan Selatan, Minggu (12/2), Abah Arsyad menunjukkan delapan buku hasil karyanya. Buku-buku yang ditulisnya itu antara lain, berjudul Nyanyian 1.000 Burung, Romansa Setangkai Bunga, Anggur Duka, dan Risalah Penyair Gila.
Selain itu, ada juga buku yang berjudul Kalalatu, Narasi Musafir Gila, dan tidak ketinggalan Buku Antologi Puisi Penyair Nusantara 142 Penyair Menuju Bulan. Buku-bukunya tersebut dicetak sejak tahun 2007. Abah Arsyad ternyata tidak buku-buku itu melalui penerbit atau percetakan buku yang umumnya mematok harga mahal. Dia menctak sendiri dengan cara manual.
Bisa dibayangkan bagaimana ribetnya. Ia harus menulis ulang di komputer, membuat tata wajah (lay out), dan mencetak isi buku itu halaman demi halaman. Setelah itu baru dirapikan dan dijilid dengan tangan. Padahal, tidak semua buku tergolong tipis. Buku Antologi Puisi Penyair Nusantara, misalnya, memiliki tebal 728 halaman.
Menurut Abah Arsyad, semua yang dilakukan ini semata-mata
lantaran dirinya ingin menerbitkan buku sastra.Sementara menerbitkan lewat jalur yang lazim melalui percetakan modern biayanya cukup tinggi.
“ Mencari sponsor untuk menerbitkan buku sastrajuga cukup sulit.”ujarnya.
Yang menjadi catatan, sebelum menerbitkan sendiri buku-bukunya itu, Abah Arsyad ternyata tidak menguasai komputer. Jangankan mengetik, mematikan dan menghidupkan peranti modern tersebut dirinya mengaku tak bisa.
“ Memang di rumah saya ada komputer milik anak, tapi saya sebelumnya tidak bisa menggunakannya.” ujarnya.

Gayung Bersambut

Buku pertama yang diterbitkan adalah Antologi Puisi Penyair Nusantara 142 Penyair Menuju Bulan, buku ituberisi puisi karya 142 dari 186 penyair di Indonesia. Mereka antara lain, Ahmadun Yosi Herfanda, D Zawawi Imron dan I Made Santha.
Sebelum membuat buku itu, Abah Arsyad terlebih dahulu mengumpulkan berbagai bahan. Bukan hal mudah, perlu upaya. Abah Arsyad memulai proses pengumpulan naskah dengan cara menghubungi teman secara beranting. Ia juga dibantu seorang kawan yang bekerja di salah satu media massa. Di media tersebutia mengumumkan bahwa Kelompok Studi Sastra Banjarbaru (Komunitas yang ia dirikan) hendak membukukan karya-karya puisi dari para penyair menjadi sebuah antologi.
Rupanya gayung bersambut. Selama dua bulan, lebih dari 100 penyair mengirimkan karya mereka. Bahkan, ada beberapa penyair yang mengirimkan karya di luar batas waktu yang telah ditentukan. Pengirimannya pun menggunakan cara tradisional, yakni melalui surat.
“ Karena tidak bisa komputer dan tidak memiliki e-mail, pengirimannya pun melalui surat,” ujarnya sambil tertawa.
Begitu bahan terkumpul, Abah Arsyad masih dibantu oleh kawannya menyalin karya dari wujud kertas surat menjadi dokumen di komputer untuk dibuat buku master.
Ia mengaku butuh waktu empat bulan untuk belajar mengoperasikan komputer. Caranya otodidak sembari kadang-kadang menanyakan kepada teman. Dia tidak hanya mempelajari mengetik dengan komputer, tetapi juga belajar membuat grafis dengan menggunakan perangkat lunak komputer.
Abah Arsyad berhasil mencetak buku pertamanya pada awal tahun 2007. Dari 350 eksemplar hasil cetakan, sebagian diberikan kepada penyair yang mengirimkan puisi. Sebagian buku lainnya disumbangkan ke perpustakaan, baik yang ada di daerahnya mau pun di beberapa perguruan tinggi, secara cuma-cuma. Keberhasilan mencetak buku pertama kemudian diikuti buku-buku selanjutnya.
Sebenarnya, sebelum membuat delapan buku, yang bersangkutan telah membuat sejumlah antologi karya bersama. Beberapa karya di antaranya berjudul Jejak Berlari, Edisi Puisi Bandarmasih, Tamu Malam, Jendela Tanah Air, Pedas Lada Pasir Kuarsa, dan Kenduri Puisi.
Lantas, bagaimana keterlibatan Abah Arsyad dalam dunia blog ? Menurut ayah tiga anak ini, keterlibatnnya dalam dunia blog dan menjadi blogger adalah tindak lanjut setelah dia mencetak buku. Ia ingin bisa mengenal lebih jauh tentang internetdan dunia maya.
Perlahan namun pasti, ia mulai bersinggungan dengan e-mail, blog, dan media jejaring sosial lainnya. Melalui media internet pula, ia menuangkan karya-karyanya, termasuk menawarkan dan menjual buku cetakannya kepada penikmat sastra di Tanah Air. Dari situlah kemudian buku dari sejumlah daerah terus berdatangan hingga sekarang.
Abah Arsyad mengaku saat ini memiliki 60 blog, mulai dari situs penyair Nusantara (penyairnusantara.blogspot.com) yang menghimpun para penyair di Nusantara dan beberapa negara lain hingga situs yang khusus memuat karyanya.
“ Saat ini adalah zaman teknologi. Jadi, tidak ada salahnya seorang pelaku sastra mengikuti perkembangan yang ada.” ujarnya.
Akibat aktivitasnya di dunia maya inilah, ia dikukuhkan menjadi blogger tertua dalam acara Kopi Darat Blogger Nusantara 2011 di Sidoarjo, Jawa Timur, beberapa waktu lalu.
Keterlibatan mantan Kepala SMK 1 Gambut ( salah satu sekolah di Kabupaten Banjar) ini terhadap dunia sastra sebenarnya sudah berlangsung sejak SMP. Saat itu ia sudah mulai menulis puisi. Tema puisinya beragam, mulai dari budaya banjar, kekayaan alamm Kalimantan,kritik sosial, hingga yang berbau religi.

ARSYAD INDRADI
* Lahir, Barabai,31 Desember 1949
* Isteri : Misrah (56)
* Anak :
- Indra Indradi (31)
- Rahfini Indradi (30)
- Aprina Indradi (27)
Pendidikan :
- SR 9 Barabai, Hulu Sungai Tengah (1963)
- SMP 2 Barabai (19670
- SMA 3 Banjarmasin (1970)
- PGSLP Banjarmasin (1973)
- S-1 Universitas Lambung Mangkurat Mangkurat (1989)
- S-1 STIKIP Banjarmasin (1989)
Penghargaan :
- Bidang Tari dari Majelis Bandaraya Melaka bersejarah pada pesta Gendang Nusantara VII Malaysia ( 2004 dan 2009 )
- Bidang Tari dari Wali Kota Banjarbaru (2009)
- Bidang sastra dari Wali Kota Banjarbaru (2010)
- Bidang sastra dari Gubernur Kalimantan Selatan (2010)

Dimuat di Harian : Kompas,Jumat, 17 Februari 2012

Rumahku, Ruang Inspirasiku

Media Kalimantan, Minggu 5 Februari 2012


Kata sebagian orang, rumahku adalah surgaku. Ada pula yang mengatakan , rumahku istanaku. Namun, lain lagi dengan rumah versi Si “ Penyair Gila “, Arsyad Indradi ini. Pria kelahiran 31 Desember 1949 ini mendefinisikan, rumah sebagai ruang inspirasinya untuk melahirkan berbagai macam puisi dan tulisan lainnya.
“ Rumahku, ruang inspirasiku” begitu Arsyad berkata ketika dikunjungi Tim Rumah Kita di kediamannya, Jalan Pramuka no.16 RT 03 RW 09 Banjarbaru.
“ Rumah juga sarang untuk mengistirahatkan badan. Dirumah kami menyusun rencana kehidupan , membawa dan menyelesaikan segala permasalahan. Serta tentunya, di rumah inilah tempat berkumpulnya sanak keluarga.” lanjut Arsyad.
Tinggal bersama isteri, tiga orang anak dan dua cucunya, keluarga sastrawan satu ini tampak begitu kompak. Seluruh dinding rumahnya dilapisi car berwarna ungu. Katanya, seisi rumah memang sangat menyukai warna ungu. “ Cocok, seisi rumah suka dengan warna ungu,” tuturnya.
Diceritakan Arsyad, rumahnya mulai dibangun pada 1984,. Awalnya, ia meletakkan meja kerja persis di ruang tamu. Namun seiring waktu berjalan dan semakin banyak orang yang berdatangan, ia pun memindahkannya ke kamar tidur pribadinya.
Rumah yang berukuran 10x15 meter ini mempunyai empat buah kamar tidur, satu buah dapur yang gabung dengan sumur, satu kamar mandi, dan sebuah toilet.
Bagi Arsyad, bagian dalam rumah yang paling disukainya adalah kamar tidur. Karena, di kamar tidurlah Arsyad banyak melahirkan berbagau tulisan dan puisi. Sudah ratusan puisi dituliskan dari tuangan yang satu ini. “ Kalau saya sudah masuk ke dalam kamar, maka tak boleh ada yang ganggu. He he he “ ucapnya seraya tertawa.
Yang paling menarik, Arsyad Indradi mempunyai perpustakaan pribadi di rumahnya. Baginya, perpustakaan adalah jiwa. Apa lagi sewaktu berprofesi sebagai pengajar dulu. Arsyad sempat menjadi pengelola perpustakaan.
“ Sekitar 300 buku lebih saya kumpulkan sejak saya masih bujangan. Pernah suatu waktu, saking banyaknya hingga tak muat lagi, sebanyak lima kardus saya sumbangkan buku-buku sastra keperpustakaan daerah Banjarbaru. Ya, semoga saja bisa memberikan manfaat untuk pembacanya.” terang Arsyad. Arsyad menceritakan, kebanyakan dari koleksi buku-bukunya adalah bertema sastra dan komputer. Karena, selain sebagai penyair, ia juga seorang blogger sejati. Terbukti dengan adanya 60 blog yang dikelolanya. Ia dinobatkan sebagai blogger tertua di Nusantara pada acara Blogger Nusantara 2011 lalu.
Disamping itu, terdapat ruang tamu yang selalu siap untuk menerima tamu dari Kalsel mau pun luar Kalsel.
“ Kita juga pernah didatangi oleh kru Trans 7 untuk wawancara “ Program Jejak Misteri,” kenang Arsyad.
Ya, di rumah inilah mereka wawancara, menanyakan berbagai macam hal-hal yang berbau kesenian serta kebudayaan di Kalimantan Selatan.
Tapi jangan kaget. Apabila seluruh anggota keluarga kumpul, rumah kami ini layaknya showroom motor. Karena, semua motor kumpul satu di rumah ini,” pangkasnya terawa terbahak. (ananda/sisy).

Dari Harian : Media Kalimantan, Minggu 5 Februari 2012/13 Rabiul Awal 1433 H